WALHI NTT: Kebakaran TPA Alak Kota Kupang, Kejadian Berulang yang Tak Kunjung Selesai
November 9, 2023WALHI NTT Kunjungi Petani Labat, Diskusi Tantangan Yang Dihadapi Petani
September 23, 2024Pada peringatan Hari Air Sedunia tahun 2023, sorotan dunia tertuju pada krisis air global yang semakin memprihatinkan. Laporan dari UNICEF memperlihatkan bahwa 2,2 miliar orang masih hidup tanpa akses yang aman terhadap air minum. Dari jumlah tersebut, 115 juta orang terpaksa meminum air dari sumber permukaan yang tidak terjamin kebersihan dan keamanannya.
Bukan Tanpa Sebab
Deforestasi menjadi penyebab utama kelangkaan air bersih di berbagai belahan dunia. Penebangan hutan secara besar-besaran mengurangi kapasitas hutan untuk menyerap dan menyimpan air, sehingga menyebabkan penurunan aliran air dalam sumber-sumber air utama seperti sungai dan danau. Hilangnya hutan juga berdampak pada perubahan pola curah hujan yang dapat meningkatkan risiko kekeringan di beberapa wilayah.
Perubahan iklim juga berkontribusi signifikan terhadap krisis air global. Peningkatan suhu global meningkatkan penguapan air, intensitas kekeringan, dan mengubah pola curah hujan. Hal ini membuat daerah-daerah yang sebelumnya subur dan memiliki pasokan air yang cukup mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Dampak dari krisis air tidak hanya dirasakan oleh lingkungan, tetapi juga oleh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah rentan terhadap perubahan iklim dan deforestasi. Keterbatasan akses terhadap air bersih dapat mengakibatkan peningkatan angka penyakit terkait air, seperti diare, kolera, dan penyakit kulit.
Di Nusa Tenggara Timur, kelangkaan air menjadi kenyataan di beberapa wilayah. Sumber air yang dahulu dapat diakses kapan saja karena debit airnya banyak, kini ditinggalkan karena mulai berkurang bahkan mengalami kekeringan. Selain deforestasi, kelangkaan air juga disebabkan oleh proyek-proyek besar seperti food estate, pengembangan energi panas bumi, dan proyek sejenisnya yang membutuhkan air dalam jumlah besar.
Untuk mendapatkan air minum, warga harus menempuh jarak berkilo-kilo dengan berjalan kaki. Apa boleh buat jika mereka hanyalah tumbal dari ambisi segelintir elit yang menatasnamakan pembangunan dengan tagline “ini proyek negara”.