Pada pertengahan tahun 2019 lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data bahwa lebih dari 1.969 Desa di Indonesia terdampak bencana kekeringan. Dari total Desa tersebut, NTT berada di posisi pertama sebagai penyumbang angka terbanyak yakni 851 Desa.
Dilansir dari media ANTARA NTT (04/09/2020), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan pemerintah dan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mewaspadai ancaman bencana kekeringan meteorologis. Berdasarkan analisis terkini pada 31 Agustus 2020, 100 persen dari total zona musim di Provinsi NTT masih berada dalam periode musim kemarau. Lebih 70 persen kemungkinan, beberapa daerah akan mengalami curah hujan yang sedikit. Bencana kekeringan meteorologis ini akan berdampak pada ketersediaan air bersih warga NTT khususnya di Kota Kupang.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 jumlah penduduk Kota Kupang sebanyak 412.708 jiwa, dengan kebutuhan air bersih masing-masing jiwa adalah sebanyak 100 liter per hari. Maka dalam sebulan kebutuhan akan air bersih masyarakat Kota Kupang bisa mencapai 1.238.124 m3. Belum lagi di tengah situasi pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat lebih sering mencuci tangan, pakaian dan mandi, tentu meningkatkan jumlah kebutuhan air masyarakat.
Selama ini dalam memenuhi ketersediaan air bersih di Kota Kupang, pemerintah Kota Kupang bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum Daerah Kota Kupang. PDAM Kota Kupang pun melayani pelanggannya sebanyak 12.521 pelanggan (aktif 10.124), dengan sumber-sumber seperti 14 sumur bor, 2 sumber air permukaan, dan curah BLUD SPAM NTT. Sumber-sumber air tersebut memiliki kapasitas produksi sebanyak 146,6 L/hari atau mencapai 4.544,6 L/Bulan. Pada fakta yang ditemukan di lapangan, air yang alirkan oleh PDAM tidak mengalir dengan lancar. Padahal Walikota Kupang dalam kampanyenya menjanjikan air PDAM akan mengalir empat jam per hari.
Selain itu, hingga tahun 2019, di Kota Kupang tercatat ada 14 Kelurahan yang mendapat air dari Bendungan Tilong yang dikelola oleh BLUD SPAM. 14 kelurahan tersebut antaralain; Naimata, Penfui, Liliba, TDM, Kayu putih, Oebobo, Lasiana, Oesapa barat, Oesapa selatan, dan Pasir panjang. Tapi ada tiga Kelurahan yang terparah mengalami krisis air bersih. Yakni, Naimata, Penfui, TDM. Jika pemerintah Kota Kupang tidak menaggapi peringatan BMKG secara serius, ketiga kelurahan tersebut akan menjadi penerima dampak paling parah.
Melihat jumlah kebutuhan dan ketersediaan air bersih masyarakat Kota Kupang, WALHI NTT menilai bahwa Pemerintah Kota Kupang belum mampu memenuhi kebutuhan dasar yakni air bersih bagi Masyarakatnya. Untuk itu melalui rilis ini WALHI NTT meminta Pemda Kota Kupang untuk:
Narahubung : Rima Melani Bilaut (Deputi WALHI NTT)