Membangun perspektif ekologis sangat penting untuk melandasi aksi dan perjuangan melestarikan lingkungan hidup. Oleh sebab itu, diperlukan kajian secara intensif melalui berbagai diskusi dan aksi bersama, demi memperluas cakupan isu dan perhatian. Dari sinilah kita bisa melihat isu perlindungan lingkungan, dalam sudut pandang yang lebih luas.
.
Salam Adil dan Lestari ✊🏾🌱
~Ibnu Rifai
Dengan berkembangnya era Revolusi Industri hari ini yang bahkan telah menuju Industri 5.0, pembangunan infrastruktur meningkat pesat seiring dengan menjamurnya investasi. Eksploitasi sumber daya alam dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini tentu berdampak terhadap kaum perempuan, yaitu ketidakadilan lingkungan akibat kerusakan dan perampasan ruang hidup serta ketidakadilan proses politik dimana peran perempuan sangat kecil bahkan tidak ada untuk turut serta dalam pengambilan kebijakan dan penentuan sikap, akibat dari sistem patriarki yang berkembang di masyarakat.
.
Salam Adil dan Lestari ✊🏾🌱
~Vivin da Silva
Di era modernisasi seperti sekarang ini kita seperti dituntut untuk ikut menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang serba kekinian. Kita pun disuguhkan dengan berbagai produk yang jangka waktu pemakaiannya relatif singkat atau sekali pakai. Namun kita tidak sekali pun memikirkan bagaimana eksploitasi yang terjadi di wilayah hulu dengan tingkat produksi yang begitu tinggi, dan kemudian produk tersebut dengan pemakaian yang begitu singkat akan berakhir berserakan di tempat sampah. Dengan demikian, wawasan ekologis tentu menjadi pengetahuan yang amat penting bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.
.
Salam Adil dan Lestari ✊🏾🌱
~Erik Pratama
Alam tentu tak bisa membela dirinya sendiri. Alam bergantung pada manusia untuk terus menjaga dan melindungi kelestariannya, membela keadilan ekologis dari tangan-tangan manusia tak bertanggungjawab demi keberlangsungan kesetimbangan semua komponen dalam ekosistem. Begitupun manusia, akan terus bergantung pada alam sebagai sumber mendapatkan makanan maupun minuman.
Dengan demikian wawasan ekologis sangat diperlukan sebagai landasan perjuangan keadilan ekologis di tengah semua perilaku konsumtif yang tidak bertanggungjawab.
Mari belajar bersama di Komunitas Sahabat Alam NTT.
.
Salam Adil dan Lestari ✊🏾🌱
~Uyan Purwawa
Kearifan lokal dan pelestarian lingkungan memiliki hubungan yang sangat erat. kearifan lokal berkembang dari kebiasaan atau cara-cara untuk mengelola alam atau lingkungannya. Di dalamnya terkandung nilai, kepercayaan dan sistem religi yang dianut masyarakat untuk menjaga lingkungannya. Namun seiring dengan derasnya arus globalisasi, nilai-nilai ini perlahan tersingkir dari masyarakat. Manusia semakin hedonis dan konsumtif dalam mengeksploitasi sumber daya alam hingga mengakibatkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan sekitar dan tentu ikut berdampak bagi generasi mendatang.
Mari belajar lebih banyak tentang pelestarian kearifan lokal demi keselamatan lingkungan, bersama kami di Sahabat Alam NTT.
.
Salam Adil dan Lestari ✊🏾🌱
~ Edward L. Fasius
Masalah lingkungan tak hanya terbatas pada slogan “Buanglah sampah pada tempatnya”. Di komunitas Sahabat Alam, pemikiran kita akan dikonstruksi untuk melihat isu lingkungan dari berbagai macam perspektif yang berbeda. Sejatinya isu lingkungan memiliki empat domain utama yakni;
Pertama, lingkungan fisik yang terdiri dari tanah, air, atmosfir dan ekosistem. Kedua, sistem sosial yang terdiri dari sistem sosial, sistem politik dan sistem negara. Ketiga, lingkungan budaya yang terdiri dari adat istiadat dan beragamnya praktek penggunaan sumber daya alam. Keempat, lingkungan spiritual yang terdiri dari kepercayaan lokal, agama dan sistem kepercayaan lainnya. Satu domain akan selalu mempengaruhi keberadaan domain lainnya. Ketika terjadi kerusakan lingkungan secara fisik tiga domain lainnya harus ikut dikaji untuk menemukan akar masalah dan solusi yang tepat.
Karena itu, bagi saya mempelajari isu lingkungan sebenarnya memacu kita untuk mampu berpikir secara kritis.
Mari belajar di Komunitas Sahabat Alam NTT.
Salam Adil dan Lestari ✊🏾🌱
~Rima M. Bilaut