Oleh: Gres Gracelia
Divisi Advokasi, Kampanye dan Pengorganisasian Rakyat WALHI NTT
Pernyataan Maria Mies, seorang penulis feminis dan ekologi ini menyiratkan bahwa perempuan sejatinya bukanlah penguasa alam melainkan sebagai mitra alam.
Di mana dari alam, perempuan bisa menumbuhkan kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya di bumi dengan memanfaatkan sumber daya yang disediakan oleh alam.
Hasil-hasil alam itu kemudian dikreasikan dalam kerja-kerja produktivitas para perempuan, lalu dimanfaatkan untuk kehidupan mereka.
Dalam sejarah jejak produktivitas perempuan primitif, hutan menjadi ruang belajar bagi perempuan untuk melakukan kerja-kerja produktif demi merawat keberlangsungan dan keberlanjutan kehidupan.
Evelyn Reed dalam bukunya, Evolusi Perempuan dari Klan Matrialkal Menuju Keluarga Patriarkal:
“Para perempuan awal, para “feminis”, memulai kegiatan kerja mereka tanpa diajari siapa pun. Mereka memulai belajar segala sesuatu dengan cara yang sulit, diteguhkan hanya dengan kegigihan, keberanian, kecerdasan dan kecerdikan kolektif. Mereka belajar semua hal itu dari pengamatan langsung terhadap makhluk hidup di alam.”
Hutan diibaratkan sebagai satu-satunya laboratorium ilmiah bagi perempuan primitif untuk mengali sekaligus membangun peradaban.
Jika di masa lampau kita mengenal pekerjaan laki-laki adalah berburu dan menangkap ikan dan juga bertarung, maka pekerjaan perempuan adalah melakukan semua hal lainnya. Semua hal lainnya itulah yang kita kenal sebagai kerja-kerja meramu. Baik itu makanan, maupun meramu hasil hutan untuk menghasilkan kerajinan.
Hutan menjadi sumber pangan bagi masyarakat primitif dan perempuan melakukan kerja pengendalian terhadap persediaan makanan. Mengendalikan tak hanya berarti mencukupi makanan pada hari ini, melainkan surplus untuk esok hari dan kemampuan mengawetkan juga melestarikan ketersediaan untuk penggunaan di masa depan. Seperti yang dijelaskan Evelyn Reed dalam bukunya, jejak merawat keberlanjutan kerja perempuan dalam memperoleh dan mengembangkan persediaan makanan, menemukan sumber dan jenis makanan serta pengetahuan tentang cara pengawetannya adalah kemampuan perempuan untuk mengelola hasil alam yang tersedia di hutan.
Selain bekerja untuk mengendalikan persediaan makanan, perempuan juga menjadi “pengrajin” pertama untuk menemukan rangkaian teknik dan peralatan pengawetan makanan yang didapat dari hasil hutan, misalnya wadah-wadah tempat memasak, menyajikan dan menyimpan makanan dan minuman yang terbuat dari kayu, kulit kayu, serat dsb.
Hutan juga menjadi tempat perempuan primitif untuk menemukan tungku dan api sebagai alat pembakaran untuk memasak. Kegiatan kerja yang dilakukan oleh perempuan dalam menghasilkan api, dibutuhkan untuk teknik dasar memasak, membakar, merebus, memanggang, mengoven, dan juga untuk mengawetkan persediaan sayuran, ikan dan makanan hewani untuk penggunaan di masa depan.
Selain itu, hutan juga menjadi ruang laboratorium ilmiah perempuan yang menjadikan mereka spesialis dalam pengetahuan botani yakni mengembangkan hasil hutan untuk pembuatan obat tradisional.
Brifffault dalam bukunya The Mothers, Vol. I.hlm 486) menjelaskan, kata obat berasal dari akar kata pengetahuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan perempuan bijak. Dalam hal ini, hutan menjadikan perempuan pra sejarah sebagai tabib. Sebab di hutan perempuan primitif menemukan cara mengekstrak, menyiapkan dan menggunakan berbagai macam tanaman tradisional yang bisa diolah menjadi obat ampuh dan juga penawar racun.
Selain itu, di hutan, perempuan primitif juga menemukan pengetahuan teknik pembuatan dan penganyaman tali temali untuk kebutuhan pakaian.Dalam tahapan ini, perempuan pra sejarah tak hanya berkreativitas untuk melakukan kerja-kerja keterampilan tangan, tetapi juga tentang pengetahuan memilih, merawat dan merekayasa bahan yang digunakan.
Perempuan primitif, juga membangun rumah untuk menyimpan makanan yang kita kenal sebagai lumbung.
Menurut Evelyn Reed, pada masyarakat primitif, rumah untuk menyimpan makanan sudah ada jauh sebelum rumah tempat tinggal. Perempuan membuat berbagai jenis peti dari tanaman di hutan untuk menyimpan makanan hasil olahan mereka di alam. Beberapa lumbung dan tempat menyembunyikan makanan justru digali di dalam tanah dan dilapisi jerami. Beberapa cerita tersebut di awal, menjelaskan bahwa hutan telah menjadi ruang aman bagi perempuan pra sejarah dalam membangun pikiran dalam menciptakan peradaban.
Dari cerita peradaban perempuan yang dibangun di hutan ini, kita juga bisa melihat bahwa sejatinya hutan adalah rumah bagi perempuan sebagai penghasil utama kebutuhan hidup dan tempat perempuan melakukan kerja-kerja sosial. Kisah peradaban produktivitas perempuan primitif ini menghantarkan saya pada pengalaman bertemu dengan perempuan-perempuan NTT yang begitu lekat kehidupannya dengan hutan. Misalnya perempuan Boti.
Bagi perempuan Suku Boti, di Kabupaten Timor Tengah Selatan, hutan menjadi begitu lekat dengan kehidupan perempuan mereka. Sebab di Hutan, perempuan Boti bisa mendapat pewarna alamiah dari berbagai jenis pohon untuk pembuatan kain tenun.
Hutan juga menjadi sumber tanaman obat tradisional bagi masyarakat. Saat sakit mereka jarang ke rumah sakit. Mereka lebih sering masuk ke hutan dan menemukan obat yang tepat bagi penyakit mereka.
Selain fungsi hutan yang digunakan sebagai sumber produktivitas, di Boti, masyarakat Boti masih menggunakan hutan sebagai tempat untuk menjalankan ritual adat yang mereka percayai demi menjaga hubungan kedekatan antara masyarakat Suku Boti dengan alam.
Bagi Masyarakat di Pulau Timor pada umumnya, hutan juga menjadi penopang ekonomi keluarga. Sebab di beberapa jenis pohon yang ada di Pulau Timor, menjadi penghasil madu terbaik.
Tidak hanya di Timor, perempuan-perempuan di Adonara, menggunakan beberapa jenis tanaman yang tumbuh liar di hutan sebagai ramuan dan obat untuk pemulihan pasca melahirkan. Selebihnya, bagi perempuan dalam budaya Lamaholot juga menggunakan hasil hutan sebagai pewarna alamiah bagi tenun mereka.
Di Hutan Kolhua Kota Kupang, hasil hutan seperti lontar juga digunakan oleh perempuan Kolhua untuk menganyam tikar, nyiru dan kerajinan- kerjajinan lainnya.
Biasanya perempuan Kolhua juga menggunakan hasil hutan untuk mengambil obat-obat tradisional untuk membantu perempuan melahirkan, baik untuk dimandikan ataupun diminum. Obat-obatan tradisional juga dipakai untuk kesembuhan anak-anak yang sakit.
Selain itu, hutan juga menjadi tempat perempuan dan masyarakat Kolhua untuk mengambil kayu kering yang digunakan untuk memasak. Di Mollo TTS, hutan bagi perempuan Mollo adalah tempat untuk mencari makan, hidup dan mengelolah obat-obatan jika anak-anak mereka sakit. Orang Mollo memercayai, bahwa tanah, air, batu dan hutan adalah jati diri mereka.
Salah satu perempuan dari Mollo yang berhasil memimpin masyarakat menolak tambang batu Marmer di daerahnya, Aleta Baun menjelaskan, orang Mollo mengibaratkan air sebagai darah, hutan sebagai rambut, tanah sebagai daging dan batu sebagai tulang.
Seperti yang dirilis dari Tirto.id, penolakan Mama Aleta bersama masyarakat Mollo terhadap tambang batu marmer oleh PT Sumber Alam Marmer adalah dengan menenun di lokasi tambang. Pada proses menenun ini, Mama Aleta dan perempuan Mollo memercayai bahwa motif kain tenun yang dihasilkan oleh perempuan Mollo adalah simbol hutan yang merupakan wilayah kepemilikan, hak ulayat masyarakat di sekitar kawasan hutan. Sehingga menolak tambang dengan tenun merupakan wujud perlawanan untuk tetap menjaga dan mempertahankan hutan.
Hutan juga menjadi penyedia sumber mata air bagi semua elemen yang ada di alam.
Hutan adalah bank air untuk kehidupan. Sebab hutan-hutan di NTT dapat ditemukan berbagai sumber mata air yang memberikan akses terhadap masyarakat untuk menjalankan aktivitas dan kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Terkhusus kepada kerja-kerja produktivitas perempuan, akses untuk mendapat air bersih adalah hal penting dan utama yang biasa dicari oleh perempuan mulai dari ia membuka mata di pagi buta.
Di beberapa daerah perkampungan misalnya, kegiatan menadah air masih menjadi suatu pemandangan di pagi hari. Misalnya di sumber mata air di desa Oe Hala TTS, perempuan masih menggunakan ember dan jerigen-jerigen untuk mengambil air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi Masyarakat Boti, menjaga pohon di hutan adalah menjaga air untuk kehidupan. Sebab masyarakat Boti tidak sembarang dalam melakukan penebangan pohon di hutan.
Selalu ada ritual untuk meminta izin kepada Uis Pah dan Uis Neno yang dipercayai masyarakat Boti sebagai Penjaga Alam. Sedangkan masyarakat Helong di Kolhua Kota Kupang, meyakini bahwa menjaga dan melestarikan hutan adalah cara mereka merawat mata air agar tetap mengalir.
Masyarakat Helong juga tidak pernah menebang pohon di hutan. Sebab mereka percayai leluhur mereka telah mewariskan semua itu untuk mereka sehingga perlu mereka rawat dan jaga untuk kehidupan anak cucu mereka kedepan. Hingga saat ini masyarakat Helong di Kolhua tidak pernah kekurangan air, sebab sungai di hutan mereka tidak pernah kering meski di musim kemarau sekalipun.
Dari cerita-cerita kisah perempuan NTT dan masyarakat adat di NTT pada umumnya yang hidup berdampingan dengan hutan, sejatinya menunjukan bahwa hutan adalah penyeimbang bumi dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Sementara perempuan dan masyarakat lokal sebagai pelestari kehidupan untuk semua manusia di dunia. Hutan menjadi sumber kehidupan, penghidupan dan pengetahuan.
Berdasarkan data BPS NTT tahun 2022, dengan hutan di NTT memiliki luas 698. 771, 33 hektar. Dengan luas hutan ini, akses perempuan kepada hutan di NTT saat ini sedang dalam ancaman besar. Ancaman itu datang dari kebijakan pembangunan baik pusat maupun daerah yang abai pada daya tampung dan daya dukung lingkungan.
Alih fungsi kawasan hutan untuk kepentingan investasi skala besar menambah kerentanan wilayah dan kelompok rentan salah satunya perempuan. Hutan di NTT dalam catatan WALHI NTT, mengalami ancaman dengan pembangunan ekonomi berskala besar di sektor pariwisata, perkebunan monokultur, infrastruktur, tambang dan juga geothermal.
Hal ini terlihat dari perlawanan perempuan NTT dalam menjaga ruang hidup mereka terutama hutan-hutan mereka yang menjadi sasaran pembangunan. Misalnya Perempuan Besipae yang melakukan perlawanan kepada Pemerintah Provinsi NTT ketika ruang hidup mereka di hutan Pubabu terancam oleh proyek peternakan berskala besar, yang dikembangkan oleh Pemprov NTT.
Selain perempuan Pubabu, ada juga Perempuan Poco Leok di Kabupaten Manggarai yang kini melakukan penolakan terhadap rencana perluasan pembangunan PLTP Ulumbu yang akan dilakukan di wilayah Poco Leok.
Hutan sebagai ruang hidup perempuan untuk melangsungkan banyak kerja produktifitas menjadi sasaran dari proses perluasan PLTP Ulumbu. Itulah alasan perempuan Pocoleok melawan karena mereka takut kehilangan sumber penghasilan dan ruang hidup mereka yang selama ini tumbuh di hutan.
Selain itu, bagi masyarakat adat dan perempuan Helong di Kolhua, wacana pembangunan bendungan Kolhua oleh pemerintah pusat menjadi ancaman bagi semua masyarakat adat di sana. Padahal hutan Kolhua adalah salah satu paru-paru bagi kehidupan masyarakat Kota Kupang. Sangat sulit mendapat hutan di tengah kota yang masih sangat alamiah dan memiliki ekosistem yang utuh. Masyarakat Kolhua menolak punah terhadap semua kekayaan alam yang mereka miliki di hutan Kolhua. Untuk itu mereka akan selalu melakukan penolakan terhadap apapun proyek yang hendak menjauhkan mereka dari peradaban yang sudah dibangun dan ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.
Pada akhirnya Hutan bagi Perempuan NTT adalah cerita tentang peradaban. Tempat mereka menjaga mata air kehidupan agar keberlangsungan dan keberlanjutan hidup sebagai manusia terus terjaga. Untuk itu, jaga hutan! Selamatkan hutan, untuk keberlangsungan kehidupan kini dan nanti.
Selamat Hari Hutan dan Hari Air Sedunia di 2023.
Kedatangan masyarakat dua desa tersebut bukan merupakan kedatangan pertama ke Kementerian ATR/ BPN. Warga berharap kunjungan kali ini membuat Kementerian ATR/BPN memprioritaskan penyelesaian konflik agraria di desa mereka.
但俗話說“是藥三分毒”,另外從個人情感來說不管是ED患者自己還是其性伴侶,對長期依靠威而鋼支撐性生活肯定都是非常不滿意的,威而鋼, 因此只要了解避免了以上禁忌症,現有的臨床經驗來看,在醫生指導下長期服用威而鋼還是沒有問題的。
晚睡熬夜、睡眠過少會影響心臟健康、動脈血管健康,使心臟動泵出血液的力量變弱,血管動脈老化變窄,從而引起器質性勃起功能障礙(陽痿)。犀利士的副作用類似,所以亦會加重犀利士副作用症狀,請應謹慎使用。